
15/09/2023
Mitos atau Fakta, EPS Lebih Ringan dan Minim Perawatan Daripada Power Steering Hidrolik
Mitos atau Fakta, EPS Lebih Ringan dan Minim Perawatan Daripada Power Steering Hidrolik
Sekarang sudah sangat jamak sebuah mobil menggunakan Electric Power Steering (EPS) atau power steering elektrik ketimbang power stering hidrolik, termasuk pada mobil baru Toyota di Indonesia. Prinsip kerjanya yang sederhana dan minim perawatan membuat EPS diminati oleh produsen kendaraan.
EPS mengandalkan motor listrik untuk meringankan beban pada tangan pengemudi saat memutar setir. EPS menggunakan sensor yang membaca input dari pengemudi kepada setir lalu mengirim sinyal kepada motor listrik untuk memutar batang setir di dalam rumah kemudi.
Alasan EPS Diciptakan
Sebelumnya, sistem yang membantu pengemudi memutar setir ini dilakukan oleh power steering hidrolik. Namun, power steering jenis ini membutuhkan perawatan lebih intens mengingat ada cairan power steering yang harus diperhatikan kondisinya dan diganti secara berkala.
EPS diciptakan untuk membuat simpel sistem power steering hidrolik yang juga membebani putaran mesin sehingga mengurangi efisiensi bahan bakar. Makanya power steering elektrik diklaim mampu meningkatkan efisiensi bahan bakar.
Tidak hanya itu, EPS juga tidak lagi menggunakan fluida sehingga hampir bebas perawatan dan ringkas secara mekanikal. Sementara power steering hidrolik membutuhkan ganti cairan power steering secara berkala di bengkel resmi Toyota dan ada risiko seal getas yang menyebabkan kebocoran.
Cara Kerja Electric Power Steering
Terbilang ringkas, Electric Power Steering menggunakan motor elektrik yang berhubungan langsung dengan batang setir (steering column) untuk membuat putaran setir semakin ringan. Biasanya motor penggerak EPS diletakkan di bawah dasbor atau di ruang mesin tergantung konstruksi kendaraan.
Perintah kerja motor EPS diberikan oleh komputer yang membaca respons pengemudi terhadap setir dan kinerja mobil seperti kecepatan aktual. Begitu mesin dihidupkan, noise suppressor langsung memberikan informasi pada control module.
Control module kemudian mengaktifkan sistem EPS dan kopling langsung menghubungkan motor EPS dengan batang setir. Sementara itu, torque sensor menyampaikan informasi arah dan kecepatan putaran setir ke control module.
Dengan informasi dari torque sensor, komputer mengatur besarnya arus listrik ke motor agar bisa berputar sesuai arah dan kecepatan yang diminta. Selain itu, EPS juga dibekali speed sensor yang membaca kecepatan kendaraan.
Sehingga ketika mobil mencapai kecepatan tertentu (biasanya di atas 80 km/jam) maka ia akan menginformasikan control module untuk menonaktifkan EPS. Dengan begitu setir menjadi lebih berat sehingga dapat menambah kestabilan dan menjaga safety berkendara.
Terakhir, control module juga bertugas mendiagnosa jika ada kerusakan atau malfungsi pada sistem EPS. Jika terdeteksi ada kerusakan, maka lampu indikator EPS pada panel instrumen akan menyala atau berkedip sesuai kerusakan yang terjadi.