
Travel
02 Feb 2021
Pola Pikir Salah yang Mengakibatkan Kecelakaan di Jalan Raya
Pola Pikir Salah yang Mengakibatkan Kecelakaan di Jalan Raya
By IndraKeren
Sebagian besar pengguna jalan raya di Indoensia masih memiliki pola pikir yang keliru.
Padahal pola pikir saat di jalan raya ini lebih penting daripada keterampilan mengemudi atau berkendara dalam menentukan keselamatan di jalan.
Setidaknya ada 8 pola pikir salah yang lazim ditemui pada pengguna jalan.
1. Jalan raya adalah sarana umum, yang seperti sarana umum lainnya, seperti lapangan bola, telepon umum, halte bus, sudah minim risiko.
Padahal, faktanya, angka kematian di jalan raya makin tinggi dari tahun ke tahun, dan bahkan sudah menjadi tiga besar penyebab kematian utama di dunia.
2. Jalan raya telah diatur oleh polisi sehingga keselamatannya terjamin.
Faktanya, polisi tidak mungkin mengawasi dan mengatur perilaku berkendara para pengguna jalan di setiap jengkal dan sudut jalan raya.
Keselamatan di jalan adalah tanggung jawab kamu sebagai individu pengguna jalan.
3. Mengoperasikan kendaraan bermotor di jalan raya adalah hal biasa sehingga tidak membutuhkan persyaratan khusus.
Mengendarai kendaraan bermotor adalah pekerjaan berbahaya dengan risiko kematian tinggi.
Sehingga diperlukan berbagai persyaratan khusus pengendara secara fisik, psikologi, maupun mental serta pengetahuan akan kendaraan dan jalan raya yang mumpuni.
4. SIM adalah bukti pengemudi telah berhak berada di jalan raya.
Padahal, SIM bukanlah tiket yang membuat seseorang berhak menggunakan jalan raya seenaknya.
SIM seharusnya menjadi bukti kompetensi seseorang telah layak mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya.
SIM yang diperoleh tanpa melalui proses uji kompetensi berarti menunjukkan pemilik SIM tersebut belum tahu apakah ia kompeten atau tidak.
5. Faktor utama kecelakaan adalah kurang terampilnya pengemudi.
Faktanya, keterampilan mengemudi hanyalah satu dari banyak faktor keselamatan mengemudi.
Yang lebih penting adalah pola pikir dan pemahaman tentang berbagai risiko bahaya di jalan raya.
6. Pejalan kaki telah paham akan bahaya.
Di Indonesia, masih sering menemui pejalan kaki yang menyebrang jalan di tempat yang tidak semestinya, bahkan di jalan tol sekali pun.
Sebagai pengendara kendaraan bermotor, camkan bahwa hal itu bisa terjadi setiap saat dan selalu siap untuk mengantisipasi jika itu terjadi.
7. Jalan sepi berarti aman, kecepatan bisa ditambah semaksimal mungkin.
Perlu diingat, dalam kondisi jalan sepi, misalnya pada malam hari, tidak cuma kamu yang berpikir seperti ini.
Para pengendara yang datang dari dalam gang, atau simpang jalan lain bisa berpikiran sama.
Dengan demikian risiko kecelakaan justru menjadi besar.
8. Rem berfungsi menghentikan kendaraan sehingga saat ada ancaman bahaya di depan rem akan menyelesaikan masalah.
Padahal kendaraan jenis apapun dan dalan kecepatan berapa pun tidak akan berhenti seketika begitu pedal rem diinjak.
Belum lagi masih ada jeda waktu reaksi antara saat mata kamu melihat bahaya sampai kaki atau tangan mengaktifkan rem, yang akan menambah jarak pengereman.