
25/04/2024
Sepertiga Kecelakaan Mudik Akibat Tidak Jaga Jarak Aman, Padahal Mencegahnya Mudah
Sepertiga Kecelakaan Mudik Akibat Tidak Jaga Jarak Aman, Padahal Mencegahnya Mudah
Mudik Lebaran 2024 sudah berakhir. Dikutip dari Kompas.com, data Kepolisian menjelaskan bahwa faktor terbesar kecelakaan di jalan yaitu mengabaikan menjaga jarak aman sebesar 32 persen, berbelok 16 persen, berubah arus 13 persen, dan menyalip 11 persen.
Artinya dari data tersebut, masih banyak masyarakat yang malas menjaga jarak aman atau safe following distance. Sebuah ironi di mana para pegiat dan praktisi keselamatan mengemudi selalu mengedukasi mengenai rumus jaga jarak aman sejauh 3 detik.
Tabrakan beruntun biasanya terjadi akibat pengemudi tidak menjaga jarak aman dengan mobil di depannya. Sayangnya, hanya sebagian kecil pengemudi di Indonesia yang paham dan menerapkan rumus tiga detik di jalan tol karena tidak paham cara mengendarai mobil saat berada di belakang mobil lain.
Di Indonesia, mayoritas pengguna jalan masih tidak paham safe following distance berbasis waktu reaksi. Sehingga ketaatan dan perilaku pengendara dalam menyikapi jarak antar kendaraan tidak ada pedoman yang baku.
Ketika Anda menerapkan rumus jaga jarak 3 detik, malah menjadi kelompok minoritas. Dan ketika menerapkan di lingkungan mayoritas yang tidak paham bahkan tidak mau melakukannya, akan sulit sekali bahkan kerap diremehkan.
Ada dua alasan mengapa rumus tiga detik di jalan tol sulit diterapkan. Pertama karena orang Indonesia gemar mendahului dan tidak sabaran, serta kedua pengemudi di Indonesia senang membuntuti mobil di depannya.
Ketika Anda sedang menjaga jarak dengan mobil di depan, malah dikira memberikan ruang orang lain untuk masuk. Kemudian, saat Anda sudah memberikan jarak aman dengan mobil di depan, tapi mobil di belakang malah menempel bumper to bumper.
Untuk itu, rumus tiga detik baru bisa terlaksana jika setiap orang paham bahaya di jalan kemudian menjaga jarak aman. Sehingga pengemudi tidak khawatir dengan kendaraan di depan dan terhindar dari kena tabrak belakang.
Jarak aman atau safe following distance di berbagai negara dunia kebanyakan dihitung dari kombinasi waktu persepsi dan mekanikal. Dalam kondisi ideal untuk mobil penumpang, jarak yang harus diantisipasi dua sampai tiga detik. Tapi kalau bus dan truk bisa lima sampai delapan detik.
Hitungan jarak waktu ditentukan dari perhitungan waktu reaksi manusia dan reaksi mekanikal. Waktu reaksi manusia dari melihat sampai mengambil tindakan untuk melakukan pengereman, memerlukan waktu 1 sampai 1,5 detik dalam kondisi normal, karena bicara keselamatan maka dibulatkan menjadi 2 detik.
Sedangkan waktu reaksi mekanikal dibutuhkan setengah detik yang dibulatkan menjadi 1 detik. Sehingga diperoleh angka 3 detik untuk jarak aman kendaraan dalam kondisi pengemudi ideal dan nyaman.
Jika pengendara merasa sedang dalam kondisi tidak ideal dalam artian sakit dan pengaruh lainnya seperti kondisi kendaraan kurang sehat atau hujan turun, sebaiknya menambah jarak aman kendaraan menjadi sekitar 5 detik.